Home / Berita / Ekonomi / Nasional / Reviews

Senin, 29 Januari 2018 - 14:53 WIB

Tarif Listrik Naik, Industri Tekstil Terancam ‘Gulung Tikar’

Viewer: 516
0 0
Terakhir Dibaca:1 Menit, 59 Detik

KompasNasional.com, Jakarta – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menilai kenaikan tarif listrik berpotensi menggerus produktivitas sektor tekstil dan produk turunannya. Sebab, penggunaan listrik dalam proses produksi tekstil cukup besar, sehingga banyak produsen yang tidak akan kuat menanggung beban biaya operasional yang melonjak tinggi.

Ketua Umum API Ade Sudrajat mengatakan, sudah banyak industri tekstil yang tutup tahun lalu hanya gara-gara tidak kuat menanggung beban listrik yang semakin mahal.

Menurut Ade, beban listrik di industri hulu tekstil berkisar antara 25 persen hingga 28 persen dari total komponen ongkos produksi. Sementara itu, beban listrik di industri pemintalan dan pertenunan masing-masing tercatat 18 hingga 25 persen dan 15 hingga 22 persen dari total biaya produksi.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan formula baru penyesuaian tarif (tariff adjustment) bagi pelanggan nonsubsidi PT PLN (Persero) bakal membuat tarif listrik naik. Pasalnya, formula baru penyesuaian tarif memasukkan faktor harga batu bara yang saat ini trennya menanjak.
Hanya saja, ia tidak menyebut secara rinci jumlah perusahaan tekstil yang tutup karena masih diinventarisasi.

Baca Juga  Ratusan Orang Terjebak dalam Mall, Hotel yang Ambruk di Kota Palu

“Kalau memang tarifnya bakal naik, ya makin banyak perusahaan yang tutup. Tahun lalu sudah banyak yang tutup gara-gara listrik, dan ini sedang kami inventarisasi,” jelas Ade kepada CNNIndonesia.com, Senin (29/1).

Sejauh ini, sambung dia, asosiasi baru menginventarisasi berhentinya industri tekstil hulu terlebih dulu. Dari hasil temuannya, sebanyak 1,2 juta mata pintal telah mati suri sepanjang tahun lalu. Angka itu tercatat 10 persen dari total mata pintal di Indonesia sebesar 12 juta.

“Kalau listriknya mahal, mana bisa industri dalam negeri memiliki daya saing, Kalau listrik dimain-mainkan, maka Indonesia tidak punya masa depan untuk manufacturing atau apa pun, jadi sebaliknya, listrik lharus menjadi okomotfi dan penyumbang daya saing industri,” papar dia.

Baca Juga  Korpolairud Baharkam Polri Ungkap Penyelewengan BBM Bersubsidi

Jika harga listrik terus naik, maka ini tentu bisa menjadi ganjalan bagi pertumbuhan produksi tekstil nasional yang dipatok 5 persen tahun ini. Bahkan, ini juga mempengaruhi kinerja ekspor tekstil Indonesia yang sedang tumbuh mekar, di mana angkanya mencapai US$12,4 miliar atau naik dibanding tahun sebelumnya US$11 miliar.

“Kalau ini dibiarkan, tentu ini akan menjadi tekanan bagi pemerintah. Kalau industrialisasi tidak jalan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan terjadi dan ini bisa menjadi ancaman serius di tahun politik seperti tahun ini,” tukas dia.

“Pasti (akan naik). Nanti harus mencari formulasi baru lagi kalau memang ada faktor yang perlu disesuaikan lagi,” ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Andy Noorsaman Someng di kantornya, Senin (29/1).

(CNNindonesiacom/TR)

Happy
Happy
%
Sad
Sad
%
Excited
Excited
%
Sleepy
Sleepy
%
Angry
Angry
%
Surprise
Surprise
%

Share :

Baca Juga

Berita

Antisipasi Penularan Hepatitis Akut, Disdik Siantar Himbau Sekolah Disiplin Menerapkan Prokes

Berita

Sekda Tapsel Hadiri Ujian SKB CPNS Formasi Tahun 2019

Berita

Kapolsek Menukung IPTU Tri Jumadi Pimpin Penyemprotan Disinfektan,

Berita

Hujan disertai angin kencang landa NTT

Arsip

Xiaomi Segera Luncurkan Mi Mix, Ponsel Konsep Tanpa Bezel!

Berita

Jaga Diri Terhindar dari Covid-19 Dengan Mematuhi Protokol Kesehatan

Berita

Pangdam XII/TPR Tinjau Pembangunan Rusun untuk Prajurit*

Berita

Unit KPH Kabupaten Melawi