Oleh : Prof Dr Ir Junianto MP MSi dan Wenny A Siringoringo – Universitas Padjadjaran
(Budidaya ikan nila disamosir ; Pembenihan di BBI Harian Boho ; Pemanfaatan Danau Toba di bidang perikanan untuk budidaya khususnya ikan nila ; Minat masyarakat samosir untuk membeli produk olahan yang tahan lama (ikan teri/ asinan) ; Abon ikan Nila ; Karakteristik abon ikan nila ; Manajemen pengolahan abon ikan nila ; Perhatian pemerintah dalam mengembangkan nilai ekonomi sumberdaya perikanan ikan nila melalui UMKM (pengolahan ikan nila menjadi abon ikan nila)
Kabupaten Samosir mempunyai potensi yang sangat besar untuk budidaya ikan air tawar dikarenakan Kabupaten Samosir sebagai pemilik terluas permukaan air Danau Toba. Salah satu ikan jenis air tawar yang mudah dibudidayakan dibanding ikan jenis lainnya adalah ikan nila sebab ikan nila memiliki harga bibit yang murah, pakan yang mudah dicari, dan karakteristik yang tidak mudah sakit. Salah satu usaha yang dapt ditempuh dalam mebudidayakna ikan nila adalah dengan system Keramba Jaring Apung (KJA). Jaring apung (cage culture) adalah system budidaya dalam wadah berupa kantong jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di perairan yang mendukung seperti danau, waduk dan teluk.
Saat ini di wilayah Kabupaten Samosir sendiri, usaha budidaya ikan nila telah berkembang dan mengalami kemajuan yang signifikan dalam beberapa decade terakhir. Salah satu usaha budidaya ikan nila yang berkembang yakni usaha budidaya ikan dalam KJA yang terletak di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan. Dalam mendukung program pemerintah terkait ketahanan pangan pemerintah samosir telah berupaya di bidang perikanan dengan adanya Balai Benih Ikan (BBI) di Harian Boho. BBI ini merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Samosir setelah adanya Peraturan Bupati Samosir Nomor 6 Tahun 2010 tanggal 24 Maret 2010 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Ikan di Kabupaten Samosir dengan komoditas jenis ikan yang dibudidayakan : ikan mas, ikan nila dan ikan lele.
Selama saya melaksanakan PKL (Pelatihan Kerja Lapangan) di Balai Benih Ikan Kabupaten Samosir pada bulan September – Oktober, saya melihat bahwaproduksi Balai Benih Ikan Kabupaten Samosir mengalami penurunan hasil produksi benih dari tahun sebelumnya. Beberapa penyebab yang saya lihat yakni kondisi kolam banyak yang bocor dengan tingkatan yang berbeda dan yang rusak parah tidak lagi difungsikan, Saluran air masuk yang sudah rusak, penggunaan pakan alami yang diterapkan belum maksimal sebab belum ada ahli laboratorium. Sehingga ketersediaan pakan alami untuk larva ikan sangat minim. Namun, meskipun demikian BBI tetap beroperasi semaksimal mungkin dengan kondisi seadanya. Menurut saya, Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terkait perawatan kolam dan pendukungnya dengan memberikan aggaran yang cukup dan menyediakan tenaga ahli bidang budidaya perikanan air tawar. BBI sebenarnya bisa menjadi kebanggaan dan andalan produksi benih ikan tawar yang berkualitas di Kabupaten Samosir. Supaya mampu memenuhi kebutuhan benih para pembudidaya dan meningkatkan keinginan masyarakat dalam berbudidaya.
Selain itu, untuk meningkatkan nilai ekonomis hasil budidaya ikan air tawar maka diperlukan pengolahan yang tepat. Salah satu olahan hasil perikanan yang menarik yakni abon ikan dengan menggunakan ikan nila sebagai bahan baku. Hal ini sejalan dengan karakteristik masyarakat sekitar Danau Toba khususnya masyarakat batak yang lebih suka membeli lauk produk olahan yang tahan lama seperti ikan teri, asinan, dan produk instan dengan harga yang standart. Abon ikan nila sendiri memiliki karakter yang tahan lama, selain itu menganduk protein yang tinggi dan bisa diproduksi dalam skala UMKM sehingga menghasilkan produk dengan harga yang merakyat. Ikan nila dipilih sebagai bahan baku karena memiliki daging yang tebal, kompak dan mudah dipisahkan dari tulang-tulang dan durinya. Selain itu, ikan nila memiliki kadar lemak 4,1% dan termasuk ikan berlemak sedang, sehingga sesuai digunakan untuk bahan baku abon ikan (Astawan, 2003)
Abon ikan merupakan salah satu bentuk olahan yang umumnya dibuat dari daging yang disuwir-suwir dan ditambahkan bumbu kemudian dilakukan penggorengan dan pengepresan. Abon ikan dapat digunakan sebagai alternatif lain dalam penyajian, selain karena praktis, juga rasanya disukai karena ditambahkan bumbu-bumbu. Flavor merupakan inti dari penerimaan dan penolakan abon ikan, yang biasanya disebabkan karena bau anyir atau amis ikan masih terasa. Maka perlu bumbu-bumbu/rempah-rempah untuk memperbaiki flavor abon ikan nila tersebut.
Pembuatan abon ikan nila relatif mudah dan dapat dijadikan sebagai alternatif sumber pendapatan keluarga, selain itu dapat dilakukan dalam skala kecil maupun skala industri. Secara garis besar Pengolahan abon dilakukan dengan cara direbus, dicabik-cabik, dibumbui, digoreng, dipres. Bahan campuran abon dapat menggunakan bahan nabati, misalnya keluwih atau jantung pisang
Metode pengolahan abon ikan Nila berdasarkan metode Suryani et al., (2005) dan juga mengacu kepada salah satu pengolah abon yang ada di Semarang sebagai berikut : 1. Ikan Nila dicuci dan disiangi, kemudian dicuci kembali sampai bersih. Ikan kemudian dikukus dengan air mendidih selama 20 menit ; 2. Daging ikan selanjutnya dipisahkan dari duri dan kulit secara manual, dicabik –cabik agar serat daging menjadi halus ; 3. Bumbu, kecuali lengkuas dan daun serai, diblender kemudian di goreng dengan 10 ml minyak dan diaduk-aduk, ditambahkan lengkuas dan daun serai sampai mengeluarkan aroma wangi. Cabikan daging ikan dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam bumbu sambil terus diaduk agar bumbu merata dan sampai cabikan daging ikan hampir kering ; 4. Untuk abon yang diproses dengan metode deep frying, campuran cabikan dan bumbu yang hampir kering tersebut digoreng dalam minyak goreng panas pada suhu ± 178oC selama 5 menit sampai berwarna kuning kecokelatan. Perbandingan bahan yang digoreng dengan minyak adalah 1 : 2 atau sampai cabikan daging terendam semua dalam minyak. Sedangkan untuk abon yang diproses dengan metode pan frying, proses penggorengannya dilakukan dengan menambahkan minyak goreng sebanyak 10 ml (± 2 sendok makan) ke dalam campuran cabikan ikan dan bumbu yang sudah hampir kering. Proses penggorengan tersebut dilakukan hingga cabikan ikan dan bumbu benar-benar kering dan menjadi abon yaitu selama 45 menit pada suhu ± 122oC.
(1.Abon hasil kedua macam metode penggorengan tersebut kemudian diproses dengan alat press manual skala rumah tangga sampai minyak tidak menetes ; 2. Abon kemudian dikeringkan dengan oven yang telah dipanaskan dengan kompor gas. Pengeringan dilakukan selama 15 menit, selanjutnya didinginkan hingga semua uap air menguap ; 3. Setelah abon kering selanjutnya dikemas dalam kantong plastik polyethylene)
Untuk mencapai program pemerintah terkait ketahanan pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni mempersiapkan dan memperhatikan UMKM khususnya bidang perikanan budidaya dan pengolahan sehingga bisa menjadi Industri yang sustainable dalam memenuhi pangan khususnya di daerah Kabupaten Samosir. Danau Toba sebagai sumber daya alam memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dibidang perikanan. Samosir memiliki Danau Toba yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang perikanan bukan hanya pariwisata.
Usaha abon ikan nila cukup menjanjikan dan bisa menyumbang lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar jika dikembangkan dengan baik. Maka pemerintah bisa bekerjasama dengan pihak terkait (nelayan, BBI, Dinas perikanan, dan lain-lain) dan mendorong masyarakat untuk berwirausaha bidang perikanan dan membuka jalam pemasaran yang lebih luas melalui digital marketing. Pengawasan kerap harus dilakukan sehingga bisnis ini menjadi bisnis yang terdidik. (***)