KompasNasional.com | Siantar – Pernyataan Kadis Kesehatan Kota Siantar, dr Ronald Saragih bahwa di Kota Siantar belum ditemukannya suspect difteri, dinilai sebagai suatu kekonyolan oleh sejumlah kalangan.
Faktanya di lapangan, sudah ditemukan dua orang suspect penyakit mematikan itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit di Medan. Togu Simorangkir, orangtua salah satu pasien difteri yang sempat dirawat di RS Vita Insani dan sudah dirujuk ke RS Adam Malik mengatakan, Kadis Ronald Saragih sudah sepantasnya dicopot terkait lambannya respon Dinas Kesehatan Kota Siantar dalam kasus difteri ini.
“Melihat sudah ada suspect, harusnya sudah digelar vaksinasi di seluruh Kota Siantar. Karena masih belum dilakukan juga, copot saja kadis kesehatannya itu,” tegas Togu kepada Siantar24Jam, Selasa (6/2/2018) siang. Hal senada disampaikan aktifis Siantar-Simalungun Development Watch, Laurensius. Dinas Kesehatan Sintar menurut dia tidak bekerja.
Padahal, untuk memantau di lapangan bisa berkoordinasi dengan Puskesmas di seluruh kecamatan dengan turun ke lapangan melakukan pemantauan langsung. “Dengan adanya pernyataan yang konyol itu, dr Ronald Saragih harusnya malu kepada warga Siantar dan lebih baik mundur.
Jika tidak, Walikota sepantasnya sudah mencopot pejabat seperti itu karena ini sudah menyangkut nyawa manusia,” tegasnya. Selain membuat pernyataan konyol, dr Ronald Saragih juga dikecam karena tidak melakukan gerak cepat melakukan antisipasi terhadap suspect difteri.
Terpisah, H M Natsyir Armaya Siregar, warga Kota Siantar juga menyayangkan sikap lambannya penanganan dari Dinas Kesehatan tersebut. Apalagi, pernyataan dari pihak Rumah Sakit Vita Insani sudah menyatakan adanya suspect disferi. “Sangat prihatin kalau Dinkes tidak mengetahui adanya warga yang kena difteri. Berarti dinas tidak bekerja memantau kondisi kesehatan masyarakat.
Bakteri difteri ini harus dipantau pemerintah melalui dinas kesehatan,” kata Armaya Siregar. Lebih lanjut dikatakan, Pemko Siantar harus cepat menyatakan bakteri difteri ini sebagai KLB dan pro aktif memantau ke seluruh Puskesmas, rumah sakit dengan berkunjung ke kelurahan. Sehingga jika ditemukan warga yang terkena defteri, bisa segera dilakukan tindakan medis yang diperlukan.
Armaya juga meminta kepada Walikota Siantar agar memberikan teguran dan sanksi. “Ini menyangkut suspect penyakit yang harus segera diatasi. Kalau tidak akan berdampak pada nyawa manusia,” sebutnya. Sementara itu, Humas RS Vita Insani, Choki Pardede, saat dikonfirmasi terkait adanya pengumuman kejadian luar biasa (KLB) yang sudah beredar di masyarakat mengatakan, itu hanya untuk internal Rumah Sakit Vita Insani saja.
“Bukan untuk Kota Siantar dan 2 pasien tersebut masih suspect,” katanya. Kadis Akhisnya Mengakui Kepala Dinas Kesehatan melalui siaran persnya bersama staf ahli bidang pemerintahan Pemko Siantar, Pardamean Silaen, dan Tim Dinas Kesehatan Provinsi, akhirnya mengakui saaat ini Siantar dalam Kondisi Luar Biasa difteri.
“Setelah kita pantau dan berkordinasi dengan pimpinan, dengan adanya pasien bakteri difteri, maka kita sebut Siantar KLB bakteri difteri. Sebenarnya hanya satu orang saja suspect sudah KLB,” ucapnya. Dijelaskan, menanggapi hal tersebut, Dinas Kesehatan akan melakukan imunisasi di sekitar lingkungan suspect di lingkungan 1 Kelurahan Kristen, seperti di Jalan Nias, Jalan Kabanjahe dan jalan Narumonda atas.
“Hal ini dilakukan untuk bayi umur dua bulan sampai anak usia 18 tahun,” jelasnya. Imunisasi akan dilakukan Jumat (9/2/2018). “Tidak bisa kita lakukan mulai besok karena ada pendataan nama dan alamat. Dan sebulan lagi akan dilakukan vaksinasi lagi dan 6 bulan kemudian,” tuturnya.
Surat Edaran KLB dari RS Vita Insani. (Raen/metro24jam.com) Mengenai RS Vita Insani yang sudah lebih dulu menyatakan KLB bakteri difteri, dr Ronal mengaku kecolongan dan telah mempertanyakan hal tersebut ke rumah sakit tersebtu melalui Kepala bidangnya.
Pencabutan status KLB setelah ditetapkan, menurut Ronald, baru bisa dilakukan jika sudah tidak penambahan jumlah pasien dalam 10 hari ke depan. Kemudian, kepada masyarakat di atas 18 tahun yang mengalami pilek atau flu, disarankan memakai masker sebagai pencegahan.
“Sebagai upaya, kita sedang mengupayakan untuk ruangan isolasi diupayakan akan ada di RSUD dr Djasamen Saragih dan memang pusat perujukan lewat surat kementerian kesehatan dipusatkan di RSU Adam Malik. Tapi kalau ada ruangan isolasi bisa dirawat langsung di sini seperti yang terjadi di Labuhanbatu” sebutnya.
Sedangkan Asisten Walikota Siantar, Pariaman Silaen mengatakan, Pemko akan membuat Call Center bagi masyarakat yang mengetahui adanya bakteri difteri, 0813-7644-5426 atas nama Ibu Dorlin Sirait MKes. Kemudian, kepada warga nantinya yang masih suspect bakteri tersebut, RSUD dr Djasamen Saragih telah menyiapkan ruangan dan alat perlindungan diri,” terangnya.
Diberitakan sebelumnya, Kadis Kesehatan Siantar, dr Ronald Saragih mengatakan pihaknya belum menemukan ada warga kota ini yang terjangkit bakteri mematikan itu. Pernyataan tersebut disampaikan melalui keterangan pers hasil pertemuan pembahasan suspect difteri yang dilakukan Ronald Saragih di ruang kerjanya, Senin (5/2/2018) pagi.
(M24J/TR)