KompasNasional.com – Tiga pejabat militer Korea Utara (Korut) dicopot dari jabatan mereka. Hal itu diungkapkan seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS), Minggu (5/6). Penyebabnya, mereka tak setuju Kim Jong Un bertemu dengan Presiden Donald Trump.
Mengomentari laporan kantor berita Korea Selatan, Yonhap, seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, ketiga pejabat militer top Korut diyakini sudah diganti.
Yonhap melaporkan ketiga pejabat yang dicopot itu adalah Kepala Pertahanan Pak Yong Sik; Kepala Staf Umum Tentara Rakyat Korea (KPA) Ri Myong Su; dan Direktur Biro Politik Umum KPA, Kim Jong Gak.
Mengutip seorang pejabat intelijen yang tidak disebutkan namanya, Yonhap menyebut Wakil Menteri Pertama Kementerian Angkatan Bersenjata, No Kwang Chol, menggantikan Pak Yong Sik sebagai kepala pertahanan, sementara Ri Myong Su digantikan oleh deputinya, Ri Yong Gil.
Kementerian unifikasi dan pertahanan Korea Selatan (Korsel) menolak mengonfirmasi laporan tersebut, namun pihaknya mengaku pemerintah sedang mengamati situasi kepemimpinan di Korut.
Menurut Yonhap, semua pejabat yang baru dipromosikan berusia lebih muda dari pendahulu mereka, terutama Ri Yong Gil (63) yang 21 tahun lebih muda dari Ri Myong Su.
“Ini menunjukkan dua hal: konsolidasi kekuasaan Kim Jong Un sebagai satu-satunya pemimpin Korea Utara dan memperkuat kerja sama antara partai dan militer Korea Utara sebagai negara yang bekerja untuk pengembangan ekonomi lebih lanjut. Mereka semua orang muda namun mampu,” kata profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul, Yang Moo Jin, seperti diberitakan Reuters, Senin (4/6/2018).
Pengganti Jong Gak sebagai Direktur Biro Politik Umum KPA, Jenderal Kim Su Gil, dikonfirmasi pernah menemani Kim Jong Un saat dinas lapangan ke zona wisata pantai.
Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri, CIA, dan Kantor Direktur Intelijen Nasional belum menanggapi hal tersebut. Namun pejabat AS yakin akan ada beberapa perselisihan di militer terkait pendekatan Kim ke Korsel dan AS.
Trump ingin Korut melakukan denuklirisasi secara penuh, yang berarti melepaskan semua persenjataan nuklirnya, dengan imbalan terlepas dari sanksi ekonomi. Sejauh ini Trump dan Kim sepakat untuk bertemu dan pejabat kedua negara tengah mempersipakan pertemuan bersejarah tersebut.(Inews/TR)