KompasNasional.com, Jakarta -PT Pos Indonesia (Persero) menargetkan pendapatan dari layanan kurir pada 2018 sebesar Rp 3,3 triliun atau 60 persen dari total perkiraan pendapatan perusahaan sebesar Rp 5,5 triliun.
“Jasa kurir akan tetap menjadi portofolio dominan Pos Indonesia. Kami dari lahir sebetulnya kurir, kurir uang, kurir barang dan kurir dokumen, jadi kami ingin mengembalikan kejayaan itu,” kata Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi Wahju Setiono di Jakarta, Kamis, 11 Januari 2018.
Menurut Gilarsi, berbagai strategi bisnis dan program telah disiapkan untuk tetap mempertahankan tingginya bisnis kurir ke depan. Ia menjelaskan, peningkatan bisnis jasa kurir sejalan dengan menurunnya bisnis layanan pengiriman surat.
“Pengiriman surat tergerus. Tapi di sisi lain permintaan pengiriman dokumen dan barang terus meningkat sejalan dengan maraknya bisnis e-commerce yang membutuhkan jasa pengiriman,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Direktur of Courier Services PT Pos Indonesia, Agus F Handoyo mengatakan layanan kurir Pos Indonesia masih akan terus tumbuh dalam jumlah signifikan.
Agus menuturkan, empat segmen bisnis kurir yang dibidik Pos Indonesia yaitu korporasi, pemerintah, ritel dan jasa perusahaan jasa e-commerce.
“Pertumbuhan layanan kurir dari waktu terus meningkat, seiring dengan maraknya transaksi online. Pos Indonesia banyak mendapatkan kerja sama `market place” dan reseller dalam mengirimkan (distribusi) barang-barang yang terjual,” katanya.
Untuk menangkap besarnya peluang jasa kurir, Pos Indonesia mengandalkan jaringan yang dimiliki seperti gerai pos, agen pos, termasuk mengerahkan petugas pos yang langsung masuk menyasar kepada masyarakat yang akan mengirimkan barang.
“Untuk menambah kualitas layanan jasa kurir, kami mengalokasikan investasi untuk membangun infrastruktur jaringan internet dan solusi-solusi atau aplikasi layanan yang dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, kontribusi layanan kurir terhadap pendapatan PT Pos Indonesia mencapai 60 persen, disusul layanan jasa keuangan 30 persen, selebihnya layanan logistik, properti dan penjualan materai.
[AN/TR]