KompasNasional.com, Beijing – Jumlah populasi dua kota besar di China, Beijing dan Shanghai, mengalami penurunan untuk pertama kalinya sejak tahun 1978, atau dalam 40 tahun terakhir. Penurunan ini, salah satunya dipicu melambatnya pertumbuhan populasi di kedua kota itu.
Dilaporkan surat kabar ternama China, Global Times, Rabu (24/1/2018), penghitungan terbaru dari Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan populasi kota Beijing menurun sebanyak 0,1 persen. Sepanjang tahun 2017, Beijing kehilangan 22 ribu jiwa penduduk dari total 21,7 juta jiwa.
Menurut NBS, penurunan kecil ini terjadi setelah sepanjang tahun 2000 hingga 2016, populasi Beijing mengalami lonjakan hingga 59 persen.
Populasi kota Shanghai, yang merupakan kota terbesar di China, mengalami penurunan sebanyak 13.700 jiwa dari total 24,18 juta jiwa penduduk. China sendiri masih tercatat sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk melebihi 1,3 miliar jiwa.
Laporan Global Times itu mengutip pernyataan juru bicara Biro Statistik Kota Beijing, Pang Jiangqian, yang menyatakan banyak faktor berkontribusi pada penurunan populasi ibu kota China itu. Pang menyebut penurunan populasi usia kerja di China dan melambatnya migrasi dari area pedesaan, sebagai salah satu penyebab penurunan.
“Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan populasi tahunan China turun sekitar 0,5 persen. Jumlah orang-orang yang bermigrasi ke kota-kota besar juga melambat. Dengan latar belakang urbanisasi nasional, daya tarik kota-kota besar secara bertahap memudar,” sebut Pang dalam konferensi pers di Beijing.
Usai insiden kebakaran yang menewaskan 19 orang di Beijing pada November 2017, otoritas kota Beijing meluncurkan program tegas yang mewajibkan para penghuni rumah-rumah yang tidak aman dan tidak memenuhi standar, untuk keluar. Kebanyakan korban tewas dalam kebakaran itu merupakan imigran.
“Merujuk fakta bahwa Beijing dan Shanghai telah mengambil langkah-langkah untuk mengusir para pekerja migran, memperkuat pengelolaan penyewaan apartemen dan merelokasi industri, tidak mengejutkan bahwa populasi menurun di dua kota itu,” ujar profesor demografi pada Nankai University, Li Jianmin, kepada Global Times.
Kendati demikian, Profesor Ding Jinhong dari East China Normal University, menyatakan masih terlalu dini untuk menilai apakah tren penurunan populasi di Beijing dan Shanghai ini berada di titik balik.
Menurut skema pembangunan terbaru, otoritas Beijing berencana membatasi populasinya di angka 23 juta jiwa pada tahun 2020 mendatang, dengan mengurangi populasi di enam distrik pusat sebanyak 15 persen di bawah angka tahun 2014. Populasi Shanghai juga direncanakan untuk dibatasi hingga 25 juta jiwa pada tahun 2035.
[DET/TR]