Suasana kampanye pemilihan presiden di Bangladesh. (Foto: AFP/INDRANIL MUKHERJEE)
Viewer: 542
Terakhir Dibaca:1 Menit, 27 Detik
KOMPASNASIONAL–Kampanye pemilihan umum di Bangladesh berakhir pada Jumat (28/12) ini dengan meningkatnya kerusuhan berdarah dan penangkapan oposisi.
Hal tersebut oleh beberapa kelompok pemantau HAM serta pemilu internasional dinilai sebagai pertanda buruk bagi kondisi demokrasi di negara Asia selatan itu. Terutama sejak Perdana Menteri Sheik Hasina mulai berkuasa pada 2009 lalu.
Hasina pada pilpres kali ini mengincar kemenangan untuk berkuasa selama empat periode berturut-turut. Selama tujuh pekan masa kampanye berlangsung, suasana Bangladesh mencekam.Kepolisian Bangladesh menuding telah terjadi pembunuhan pendukung partai penguasa Awami League oleh pendukung partai oposisi Bangladesh Nationalist Party (BNP).
Mereka menyatakan, insiden pemukulan yang berujung pembunuhan berlangsung timur laut kota Sylhet pada Kamis (27/12) lalu.
“Pembunuhan di tempat tersebut dilakukan oleh pendukung BNP,” sebut Kepala Kepolisian Sylhet, Shah Harunur Rashid seperti dikutip dari AFP.

Kampanye pemilihan presiden di Bangladesh. (Foto: AFP/MUNIR UZ ZAMAN)
Ia menambahkan, dua orang anggota Awami League tewas akibat dikereyok pendukung BNP. Hingga saat ini, ada delapan anggota BNP yang ditahan.Terkait tuduhan kepolisian, BNP menyebut tudingan tersebut mengada-ada. Mereka juga menyatakan, jelang pemilu Minggu (30/12) anggota partainya yang ditahan bukan delapan tapi 19 orang.
“19 aktivis kami ditahan polisi dan kelompok paramiliter di sebuah kamp pemilu milik kami dan di beberapa desa di selatan Bangladesh,” sebut pernyataan BNP.
Selain penangkapan, pemerintah setempat juga memperlambat jaringan internet 3G dan 4G. Otoritas telekomunkasi berdalih langkah itu diambil untuk mencegah propaganda yang dapat menyulut kerusuhan baru.Hasina sendiri yang menjadi sosok paling disorot pada pemilu kali ini merupakan tokoh yang mendapat pujian serta perlawanan di Bangladesh.
Selama menjabat, perekonomian Bangladesh bertumbuh 6,3 persen setiap tahunnya. Meski demikian, kelompok oposisi menuding Hasina memerintah di Bangladesh dengan otoriter dan tidak memperdulikan HAM.(KUMPARAN/AW)
Happy
%
Sad
1
100 %
Excited
%
Sleepy
%
Angry
%
Surprise
%