Home / Berita / Nasional / Reviews

Rabu, 23 Mei 2018 - 11:43 WIB

Morfologi Kawah Merapi Tak Berubah Meski Terjadi 6 Kali Letusan

DIY 29/10 - WEDHUS GEMBEL. Awan panas terlihat keluar dari puncak Gunung Merapi, diabadikan dari Sidorejo, Kemalang, Klaten, sekitar pukul 06.17 WIB Jumat (29/10). Setelah tenang selama beberapa hari Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas signifikan dimulai pada guguran pada Kamis (28/10) dan hingga berita ini diturunkan masih terus meningkat. FOTO SINDO/NOVAN JEMMI ANDREA

DIY 29/10 - WEDHUS GEMBEL. Awan panas terlihat keluar dari puncak Gunung Merapi, diabadikan dari Sidorejo, Kemalang, Klaten, sekitar pukul 06.17 WIB Jumat (29/10). Setelah tenang selama beberapa hari Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas signifikan dimulai pada guguran pada Kamis (28/10) dan hingga berita ini diturunkan masih terus meningkat. FOTO SINDO/NOVAN JEMMI ANDREA

Viewer: 679
0 0
Terakhir Dibaca:1 Menit, 28 Detik

KompasNasional.com, Yogyakarta – Morfologi kawah Merapi tidak mengalami perubahan setelah terjadi beberapa kali letusan freatik. Selain kawah, kubah lava juga tidak mengalami perubahan.

Hal itu diungkapkan Kepala Saksi Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Agus Budi Santoso kepada wartawan di kantor Jl Cendana Yogyakarta, Rabu (23/5/2018).

“Kalau visual kawah, morfologi kawah relatif tidak, Rabu berubah. Dari beberapa letusan itu tidak ada perubahan yang signifikan dari kawah maupun kubah Gunung Merapi,” kata Agus.

Menurutnya, erupsi freatik yang terjadi di Merapi belakangan ini sebenarnya lebih kecil dibanding letusan tahun 2013. Namun kini erupsi yang terjadi intensitasnya lebih sering, oleh karenanya masyarakat diminta waspada.

Baca Juga  Apple Perkenalkan Fitur Untuk Bantu Anda Keluar Dari Situs Bahaya

“Kegempaan relatif tinggi karena kita mendapati ada gempa MP (multyphase) kemudian ada gempa vulkanotektonik yang menandakan adanya akumulasi tekanan yang cukup besar,” ungkapnya.
Selanjutnya, Agus menegaskan letusan yang terjadi di Merapi belakangan ini adalah erupsi freatik, bukan magmatik. Penyebabnya karena terjadi akumulasi gas dan uap air sehingga mendorong terjadinya letusan.

“Jadi kalau dari sisi mekanisme terjadinya letusan kecil seperti freatik memang ada yang menjelaskan bahwa ini adalah akibat kontak dengan air tanah. Tetapi ini adalah salah satu penjelasan,” paparnya.

“Letusan abu ini bisa terjadi meskipun tidak ada kontak dengan air. Jadi karena produksi gas dari magma kan terus menerus, ketika tersumbat di atas maka dia akan terakumulasi dan lepas,” lanjutnya.

Baca Juga  Salah Satu SMK di Halsel Terapkan Holtikultura, Ubah Semak Belukar Jadi Taman Sayur

Sementara dari enam letusan freatik di Merapi yang terjadi di bulan ini antara satu dengan lainnya jeda letusannya lebih panjang. Namun kegempaan yang terjadi relatif lebih tinggi.

Agus melanjutkan, indikasi lainnya bahwa kegempaan letusan freatik kali ini lebih besar terlihat dari kolom asap cukup tinggi yang mencapai 2 ribu meter.

“Untuk menyimpulkan apakah aktivitas (Merapi) turun atau naik perlu waktu. Jadi tidak bisa dalam beberapa jam kita simpulkan aktivitas Merapi dalam tren menurun atau naik,” tandasnya.(Detik/TR)

Happy
Happy
%
Sad
Sad
%
Excited
Excited
%
Sleepy
Sleepy
%
Angry
Angry
%
Surprise
Surprise
%

Share :

Baca Juga

Berita

Jurang di Area Objek Wisata Parapat Jadi Tempat Pembuangan Sampah ?

Berita

Lembaga Dunia Ramal Ekonomi RI Jika Prabowo Presiden, Ada Sri Mulyani

Arsip

Selama Ini Warga Mampu Disubsidi Listrik Rp 105.000 per Bulan

Arsip

Insiden viral di medsos, Mobil SUV tabrak 3 pengendara

Berita

Polda Sumsel Tembak Mati PelakuBegal SadisPolda Sumsel Tembak Mati Pelaku Begal Sadis

Berita

Disdik Kota Pematangsiantar Lakukan Persiapan Jelang KBM Tatap Muka

Berita

Dinas Ketapang dan Pertanian Samosir Tebar 30.000 Ekor Benih Ikan Nila di Perairan Danau Toba

Berita

Satgas Pamtas RI-MLY Yonif 645/GTY Kembali Terima Senjata Api Rakitan jenis Lantak dengan Sukarela dari Warga Perbatasan