KompasNasional.com, Jakarta || Indonesia perlu mengadaptasi sistem tani yang lebih unggul untuk meningkatkan kualitas di beberapa komoditas, seperti cabai dan bawang-bawangan.
Guru Besar Bidang Ekonomi Pertanian Universitas Riau Almasdi menjelaskan cabai lokal Indonesia lebih gampang membusuk dibandingkan cabai di negara lain. Cuaca hujan kerap kali menjadi alasan mengapa beberapa komoditas seperti cabai, bawang merah dan bawang putih selalu mengalami fluktuasi harga karena gagal panen dan busuk. Dirinya mengatakan, Indonesia perlu mengadaptasi sistem pertanian di Thailand.
“Bisa yang dekat itu Thailand, sama Malaysia dia itu sudah mengembangkan jenis cabai- cabaian lokal yang diproduksi secara unggul. Teknologi kita masih terbatas untuk pertanian karena petani kita terbatas modal,” katanya, Senin (26/2).
Dirinya menjelaskan, teknologi Indonesia masih kalah dibandingkan dengan teknologi Thailand jika mengenai produksi jenis cabai, dan bawang.
“Bisa dikatakan iya (kalah). Kalau kalah betul nggak, tapi kalau dari aspek- aspek tertentu, komoditas tertentu kita kalah, contohnya kelapa sawit, palawija (cabai, bawang) kita kalah. Thailand unggul dia, dia kan udah masuk pasar internasional dia. Seperti cabai itu masuk pasar lokal kita,” ujarnya.
Keunggulan sistem pertanian Thailand kata Almasdi, selain memiliki bibit yang sudah unggul, sistem teknologi tani yang sudah dibuat dengan sistem per wilayah, sampai sistem penyimpanan yang mapan untuk memasok kapasitas berlebih dari hasil panen di dalam negeri.
“Dia unggul di berbagai hal, seperti bibitnya, teknologi tanamnya dibuat per wilayah. Jadi kalau dia kelebihan panen dia sudah ada penyimpanannya,” jelas diam
Sebagai informasi, akibat dari adanya curah hujan yang tinggi di sejumlah daerah pemasok cabai dan bawang. Harga cabai sudah menyentuh angka Rp 60 ribu.
Begitu pula dengan hrga rempah jenis bawang putih yang harganya menebus angka Rp 45 ribu/ kilogram. Ada pula bawang merah yang dipasok dari Brebes saat ini dijual dengan harga Rp 35 ribu.(MDBisnis/TR)