KompasNasional.com – Sebanyak tiga orang mahasiswa dan enam orang polisi wanita (polwan) mengalami luka-luka akibat bentrok saat aksi demonstrasi memperingati Hari Tani ke-58 di depan kantor DPRD Riau, Senin (24/9).
Ketiga mahasiswa yang mengalami luka diantaranya, Kurnia Zenmiza dari Fakultas Matematika dan Ilmu Alam (FMIPA) Universitas Riau (UNRI). Ia mengalami luka lebam pada pipi kanan dan celana robek.
Kemudian Nurfanto dari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), mengalami luka lebam pada kaki dan kepala, serta Romidal dari Fakultas Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), mengalami luka lebam pada pipi.
Sedangkan enam polwan yang mengalami luka yakni, Brigadir Lisa Dila; Bripda Naomi dan Aiptu Rina Hutapea. Selanjutnya, Bripda Zikra ; Bripda Muthia; Aiptu Tetra dan Bripda Shalma
Salah seorang mahasiswa bernama Kurnia Zenmiza bercerita, ketika demo berlangasung dirinya berada di barisan paling depan. Saat itu mahasiswa dan polisi saling dorong mendorong, hal itu membuat dirinya terjatuh. “Saya diinjak, ada polwan yang pukul pakai kayu. Celana saya ditarik sampai robek,” kata di, Senin (24/9).
Akibatnya, beberapa bagian tubuhnya memar. Diantaranya, pipi dan dadanya terasa sesak. Kurnia pun langsung dibawa oleh rekannya ke ambulans.
Kurnia dan kedua mahasiswa lain yang terluka ditempatkan di satu ambulans. Kemudian mereka dibawa ke rumah sakit terdekat.
Sementara itu, Kapolresta Pekanbaru Kombes Susanto mengatakan, para polwan yang mengalami luka itu kini tengah menjalani perawatan di RS Awal Bros Pekanbaru.
“Sekarang lagi pingsan, kita USG (Ultrasonography) dulu. Jadi itu yang kita periksa,” ujar Santo usai mengamankan aksi demo, Senin petang.
Ia mengungkapkan, pada saat kejadian, para polwan berada di garda terdepan. Mereka terlibat aksi saling dorong-mendorong dengan para demonstran.
“Karena tim negoisasi dan polwan ada di barisan terdepan. Bagian dari kita, bagian pengamanan, kita ingin menunjukkan humanis,” ucapnya.
Dalam aksi mahasiswa dari aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Riau dan se-Indonesia ini, mereka mengajukan beberapa tuntutan. Diantaranya menuntut pemerintah untuk menyelesaikan konflik agraria di Riau, menuntut Jokowi untuk menerbitkan peraturan presiden terhadap retribusi reforma agraria di Provinsi Riau.
Mereka juga menuntut, pemerintah untuk membuat sentra-sentra produksi lokal pangan, sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan di Indonesia. Selain itu, massa juga menuntut pemerintah dalam menstabilkan nilai perekonomian nasional.
Selain itu, mahasiswa juga mengecam segala tindakan pengebirian demokrasi; ancaman-ancaman premanisme; regulasi yang mengkoptasi kegiatan mahasiswa di dalam kampus ataupun di luar kampus yang menyebabkan ruang-ruang aspirasi dan pergerakan di belenggu.
Mahasiswa mengecam, tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Mereka juga meminta Kapolri untuk mencopot setiap polisi yang bertindak represif. Mereka pun meminta Kapolri serta Presiden Republik Indonesia meminta maaf secara terbuka kepada mahasiswa se-Indonesia terhadap tindakan represif di Medan pada Kamis, 20 September 2018 kemarin.
Terkahir, mereka meminta tiga hal lain yaitu, usut tuntas dugaan korupsi pembangunan PLTU Riau-1, meminta agar pengelolaan Blok Rokan ladang minyak terbesar dapat melibatkan sebagian besar pemuda Riau serta menstabilkan perekonomian Riau.(JPC/TR)