Terakhir Dibaca:1 Menit, 24 Detik
KompasNasional.com – Pengekangan praktik beragama dilaporkan kembali terjadi di China, kali ini di berbagai wilayah mayoritas Muslim di barat negara itu.
Seperti diberitakan Reuters, Rabu (17/1), pemerintah provinsi-provinsi di barat China mengeluarkan larangan bagi para siswa Muslim untuk ikut pengajian atau pelajaran agama pada libur musim dingin kali ini.
Larangan yang dirilis di situs biro pendidikan ini salah satunya dikeluarkan di kota Linxia di provinsi Gansu, rumah bagi masyarakat etnis minoritas Muslim Hui.
Dalam larangan disebutkan, para siswa Muslim di kota ini dilarang masuk “gedung keagamaan” seperti masjid selama liburan. Mereka juga dilarang membaca teks-teks keagamaan selama libur.
Para siswa dan guru diharapkan memperkuat ideologi dan propaganda politik.
Masjid Niujie di Beijing, China. (Foto: Smartneddy via Wikimedia Commons)
Reuters kesulitan memverifikasi kebenaran dari larangan tersebut. Ketika mencoba mengkonfirmasi, pejabat biro pendidikan Linxia menolak menjawab pertanyaan Reuters, bahkan menutup telepon.
Foto larangan itu juga diunggah oleh Xi Wuyi, cendekiawan Marxis di Chinese Academy of Social Scientists di akun Weibo miliknya.
Xi yang dikenal kerap memprotes kebangkitan Islam di China, mendukung larangan itu dengan mengatakan China telah melakukan tindakan konkret memisahkan agama dan pendidikan.
Dalam kitab hukum China, kebebasan beragama memang dijamin. Namun pada praktiknya, tulis Reuters, undang-undang pendidikan dan perlindungan anak China menyebutkan bahwa agama tidak boleh digunakan untuk mengganggu pendidikan negara dan melarang memaksa anak untuk beragama.
Paling sering mendapatkan larangan ini adalah wilayah Xinjiang, tempat tinggal minoritas Muslim Uighur. Setiap Ramadan, pemerintah China mengeluarkan larangan bagi pegawai negeri dan anak-anak untuk berpuasa.
Tidak hanya umat Islam, pengekangan beragama juga diberlakukan untuk warga Kristiani. Tahun lalu, Sekolah Minggu dilarang di bagian tenggara kota Wenzhou, yang dijuluki “Yerusalem-nya China” karena populasinya mayoritas Kristen.
[KUM/TR]