Illustrasi Pesawat Lion Air. (Foto: Instagram/@riel_neyva787)
Viewer: 557
Terakhir Dibaca:2 Menit, 30 Detik
Kompasnasional.com, Jakarta – Tim SAR Gabungan menemukan salah satu bagian dari black box Lion Air, Kamis, 1 November 2018. Ketua Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi Soerjanto memastikan kalau kotak tersebut merupakan black box.
“Secara kasat mata itu black box dari Lion Air,” kata Soerjanto di Posko JCTI, Tangjung Priok, Kamis, 1 November 2018. Namun, dia mengatakan satu kotak hitam belum bisa memenuhi kebutuhan investigasi KNKT untuk membongkar penyebab jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610.
Personel Basarnas melakukan penyelaman untuk mencari korban pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di laut utara Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018). (ANTARA FOTO/DOC.BASARNAS)
Untuk diketahui, kotak hitam terbagi menjadi dua yakni Cockpit Voice Recorders (CVR) dan Flight Data Recorders (FDR). Saat ini KNKT belum bisa memastikan kotak hitam yang ada di Kapal Baruna Jaya I adalah CVR atau FDR. “Kami belum tahu itu yang mana. Tapi untuk investigasi harus dua,” kata Soerjanto.
Benda yang merekam suara terakhir di pesawat sebelum jatuh itu ditemukan di kedalaman 30 meter lewat alat “Remotely Operated Vehicle” (ROV) yang dimiliki kapal Baruna Jaya I. Awalnya ROV menemukan serpihan badan pesawat dan sebuah syal yang diduga milik korban. Petugas kemudian membawa ping locater untuk menangkap sinyal ‘beep’ dari kotak hitam tersebut.
Alat yang ditemukan David Warren, ilmuwan penerbangan asal Australia, pada dekade 1950-an ini sebetulnya memiliki warna oranye ini memuat dua alat canggih, yakni flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR). FDR merekam suara-suara terkait dengan operasional penerbangan pesawat.
Aturan penerbangan internasional mengharuskan FDR merekam berbagai indikator teknis, seperti waktu, ketinggian, kecepatan, arah, kondisi pesawat, kecepatan udara, akselarasi vertikal, tajuk magnet, posisi roda, stabilisator horisontal, aliran bahan bakar, dan indikator lainnya yang dapat membantu investigasi.
Sedangkan CVR berada di cockpit, tepatnya berada di fligh -data acquisition unit (FDAU). Data yang terekam di dalam ini adalah suara mesin, peringatan, pembicaraan pilot dan berbagai suara yang ada di cockpit lainnya. Parameter kecepatan pesawat dan kegagalan sistem cockpit bisa terekam di sini. Setidaknya ada empa mikrofon yang tersambung dengan CVR yang terletak di headset pilot dan co-pilot, anggota pilot ketiga, dan di tengah cockpit.
Baik CVR maupun FDR merekam menggunakan sistem loop. FDR bisa merekam 25 jam data penerbangan dan CVR bisa merekam dua jam percakapan di cockpit. Sebelumnya, suara percakapan di cockpit hanya mampu terekam selama 30 menit. Karena dirancang khusus untuk pemasalahan teknis, FDR tersambung dengan kabel sensor di seluruh badan pesawat. Karena itulah black box mampu merekam semua kondisi pesawat.
Black box adalah satu-satunya benda yang dapat bertahan dalam kecelakaan pesawat. Itu karena black box atau crash-survivable memory units (CSMUs) yang memuat FDR dan CVR itu menggunakan tiga lapis material titanium dan baja anti-karat yang mampu bertahan dari panas yang ekstrem dan tekanan.
Black box juga dilengkapi dengan underwater locator beacon (ULC) yang mengirimkan sinyal otomatis selama 30 hari sejak pesawat mengalami kecelakaan. Sinyal ini berupa gelombang ultrasonik yang bisa dikenali sonar.(tempoco/aw)
Happy
%
Sad
%
Excited
%
Sleepy
%
Angry
%
Surprise
%