KompasNasional.com,Jakarta – Teroris pengebom sejumlah gereja, dan rusunawa di Sidoarjo, menggunakan bom jenis TATP (triaceton triperoxide) yang dijuluki ‘The Mother of Satan’. TATP merupakan bom kimiawi yang memiliki daya ledak tinggi.
Polisi menyatakan TATP merupakan jenis bom yang mudah dibuat, namun sangat sensitif dan tidak stabil. Bom ini termasuk dalam kategori high explosive.
“Nama lainnya adalah mother of satan atau peroxyaceton,” kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian, saat menjelaskan soal teror bom di Mal Alam Sutera, 29 Oktober 2015 lalu. Saat itu Tito masih menjabat Kapolda Metro Jaya.
Bentuk senyawa kimia TATP ini berupa serbuk dengan butiran seukuran gula pasir. TATP ini memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap suhu udara di atas 86°C, gesekan benturan dan aliran listrik. TATP tidak larut dalam air dan baunya menyerupai aseton. Velocity of detonate (VoD) TATP mencapai 5.300 m/s.
Mal Alam Sutera memang pernah diserang oleh seseorang bernama Leopard Wisnu Kumala. Serangan tersebut terjadi tahun 2015. Saat itu, Leopard berhasil meledakkan 2 bom di Mal Alam Sutera pada 9 Juli dan 28 Oktober 2015, namun dia juga gagal meledakkan 2 bom lainnya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun ada sejumlah korban luka.
Di Surabaya, ‘Mother of Satan’ pertama meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela pukul 06.30 WIB, Minggu (13/5). Bom itu diledakkan 2 putra teroris Dita Oeprianto (48), YF (18) dan FA (16) yang berboncengan mengendarai sepeda motor. Selain pelaku, ada 5 warga yang jadi korban jiwa.
Bom kedua meledak di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya yang terletak di Jl Diponegoro pukul 07.15 WIB di hari yang sama. Bom itu diledakkan oleh istri Dita, Puji Kuswati (43) yang mengajak 2 putrinya yakni FS (12) dan FR (9). Mereka sebelumnya diantar oleh Dita dengan mobil. Tak ada warga yang jadi korban jiwa dari ledakkan ini.
Bom ketiga yakni diledakkan sendiri oleh Dita di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya pukul 07.53 WIB. Dita meledakkan bom dengan menabrakkan mobil ke gereja tersebut. Ada 6 warga yang jadi korban jiwa.
Selanjutnya adalah bom yang meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Bom itu meledak saat penindakan oleh Densus 88. ‘Mother of Satan’ ini jadi senjata makan tuan yang menewaskan 3 terduga teroris.
Mother of Satan bukan kali ini dipakai oleh teroris di Indonesia. Sebelumnya pada bom yang meledak di Kampung Melayu pun menggunakan jenis bom yang sama.
Bom di Kampung Melayu yang juga menggunakan ‘Mother of Satan’ meledak pada Rabu (24/5/2017). Sebanyak 3 anggota Polri dan 2 pelaku tewas akibat peristiwa ini.
Pada September 2017, ‘Mother of Satan’ meneror Paris, Prancis. Bahan bom ini ditemukan dalam sebuah apartemen di Villejuif, pinggiran Paris pada Rabu (6/9/2017) waktu setempat.
Teroris yang beraksi di Brussels, Belgia, tahun 2016 pun diduga memakai ‘Mother of Satan’. Sebanyak 31 orang tewas dan 300 lainnya luka-luka pada teror yang terjadi di bandara Brussels pada Selasa (22/3/2016).(Detik/TR)